7 September 2012

Belajar Sejarah (4)

dokumen pribadi


Walaupun penulisan belajar sejarah rentang waktunya cukup panjang tapi tidak apa-apa, kata kompasioner, manakala muncul sebuah gagasan, maka tulislah. Tips ini akan saya gunakan untuk menulis tentang belajar sejarah yang merupakan sambungan dari tulisan terdahulu.
Zuhairi Misrawi (ZM)
Saya mengenal tulisan ZM pada pengantar buku “Jerusalem” karya Trias Kuncahyono. Semula saya menilai biasa saja. Namun setelah membaca buku “Al-Azhar” buah karya ZM, saya jadi tahu persis kepiawaian dalam menulis. Sudah banyak tulisan yang tersebar tentang Al-Azhar. Namun saya justru tertarik membaca nukilan sejarah Mesir Kuno. Sekalipun hanya merupakan bagian dari bab, justru itulah saya menjadi penasaran. Masyrakat Mesir Kuno merupakan masyarakat yang sudah tinggi peradabannya, sehingga penguasaan teknologinyapun canggih untuk zaman tersebut. Terbukti bangunan Pyramid, sampai sekarang masih terus dikaji. Film-film yang berlatar belakang kehidupan Mesir selalu menarik perhatian. Sang sutradara tidak sembarangan mengambil gambar. Ia telah melakukan survey yang cukup panjang.

Pembuatan Pyramid memerlukan teknologi. Saya pernah melontarkan dalam sebuah rapat dewan guru, agar guru matematika, fisika dan juga pelajaran pendukung sains perlu belajar sejarah. Karena disana ada teknologi. Pyramid, candi, bangunana kerajaan, tidak akan berdiri tanpa teknologi. Namun usul saya itu, seperti biasa ditertawakan oleh sebagian rekan saya.
Pada buku “Madinah”, saya tertarik kehidupan sosial orang Madinah. Ditulis disana tentang asal-usul orang Madinah lengkap dengan tradisi dan kebudayaannya. Menurut cendekiawan Nurcholis Madjid (alm), Madinah adalah cermin tata masyarakat modern. Bahkan pakar sosiologi berpendapat bahwa kelahiran piagam madinah adalah prematur, terlalu cepat lahir untuk zamannya.
Tulisan pada buku “Mekkah” mirip seperti Madinah. ZM mengisahkan asal mula penduduk Mekkah lengkap dengan kehidupan sosial dan budayanya. Orang Islam selalu bermimpi untuk berkunjung ke kota ini.
Saya jadi teringat tentang kaum Quraish. Guru ngaji/agama mengatakan bahwa orang Quraish adalah masyarakat yang terbelakang, suka membunuh, beristri banyak, sehingga ustadz memberi gelar masyarakat yang biadab. Sampai sekarangpun (mungkin) masih ada guru yang memberikan pelajaran seperti itu..
Setelah membaca sejarah Mekkah, ternyata tidak benar bahwa orang Mekkah adalah bangsa yang terbelakang. Penduduk Mekkah adalah orang yang pintar berdagang, hafalannya kuat, penguasaan pengetahuanpun cukup tinggi. Bila memang masih ada guru yang memberikan pengetahuan kepada siswa seperti persepsi semula, berarti meracuni pengetahuan kepada anak didik. Guru agama juga perlu belajar sejarah, agar dapat menilai kejadian sesuai dengan fakta.
Belajar sejarah ibarat mutiara yang harus kita raih. Orang bijak haus membaca sejarah. Sebab orang bijak tak akan mudah menerima informasi yang datanya tidak sesuai dengan kejadian masa lalu. Orang bijak juga cerdas menghubungkan kejadian satu dengan kejadian lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar