31 Januari 2012

Srimulat Belajar Matematika


Masih terbayang jelas saat masih di SMA. Waktu pelajaran matematika yang materinya tentang logika. Guru kami Pak Sukijo namanya. Orangnya agak pendek, sedikit gempal, jarang tersenyum. Kalau mengajar sangat cepat. Sehingga menjadi bahan gunjingan teman-teman saat bergurau. Tapi aku sangat suka dengan tipe beliau terutama memberika materi pelajaran seperti bis patas. Membutuhkan konsentrasi yang ekstra. Terlena sedikit jelas sangat ketinggalan, sebab materi logika bagaikan spiral. Step satu dengan step yang lain saling berhubungan. Tertinggal satu loncatan, tak mungkin bias menguasai tahap berikutnya. tamat sudah riwayat untuk pelajaran logika.

Pelajarannya sangat sederhana. Hanya merangkai kalimat dengan kalimat lain yang terangkai dalam sebuah pernyataan. Contoh :

Bila Adi lulus, maka akan diberi sepeda.
Bila adi lulus adalah sebuah pernyataan. Akan diberi sepeda juga merupakan pernyataan. Bila Adi lulus maka akan diberi sepeda adalah sebuah rangkaian pernyataan yang bernilai benar. Karena kalimat pertama dan kedua saling terkait. Untuk membuktikan bahwa kalimat itu memang benar, maka didalam matematika kalimatnya dibalik. Maka akan berbunyi :   “Akan diberi sepeda, bila Adi lulus”. Kalimat tadi juga bernilai benar.

Kalau pernyataan itu di negasi (dalam bahasa sederhana adalah kontra), juga akan mengandung nilai kebenaran. “Bila Adi tidak lulus, maka tidak akan diberi sepeda”. Untaian dua pernyataan tersebut mengandung nilai kebenaran. Itulah kaidah logika dalam matematika.
Namun dalam kenyataan yang dapat kita serap ada juga yang menjungkir balikkan kalimat.
Bila Adi lulus, maka tidak akan diberi sepeda
Bila Adi tidak lulus, maka akan diberi sepeda.
Pernyataan diatas adalah salah menurut isme matematika. Tapi akan bernilai benar menurut versi Srimulat.
Bila Adi lulus, maka tidak akan diberi sepeda (karena ternyata duitnya tidak ada)
Bila Adi tidak lulus, maka akan diberi sepeda.(karena ternyata orangtuanya kasian sama Adi)

Dalam matematika ada aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Kalau Anda  tidak ikut menandatangani kesepakatan, itu lain masalah. Simbol ataupun tanda yang ada dalam matematika dimaksudkan untuk mempermudah membaca. Simbol memiliki fungsi  menerangkan. Dengan symbol orang akan mengetahui maksud dan tujuan penulisan. Makanya seringkali matematika disebut dengan bahasa simbol. Untuk dapat memahami bahasa symbol, perlu proses. Tidak serta masuk dalam ke area pemahaman. Karena symbol sesungguhnya adalah abstrak. Simbol memiliki konskwensi, sehingga hingga  menjadi benar. Misal ada pernyataan x + 3 = 5, Tentukan nilai x maka kalimat itu menjadi benar bila x = 2.

Bila Ada bertanya pada : Dalam sebuah piring terdapat 6 buah jeruk. Bila diambil dua buah jeruk berapakah jeruk yang tersisa. Secara spontan Anda akan menjawab “ 4 “. Namun kalau pertanyaan ini dirimulat akan menjawab “masih 6” karena Cuma diambil tidak dimakan. 

1 komentar: