6 Mei 2012

Kenapa Polisi Takut Difoto?

sumber gambar : infokotamalang.blogspot.com

Kamis, 3 Mei 2012 dalam sebuah perjalanan mengantar istri dari Klaten Ke Semarang dapat musibah 2 kali. Pertama, sebelum masuk Boyolali, ban belakang bocor. Padahal hari itu cukup tergesa-gesa. Jam 10.30 harus sudah sampai di kawasan tugu muda Semarang.
Musibah yang kedua ketilang polisi. Sudah dua kali dalam kurun waktu satu tahun, saya berurusan dengan polisi. Semuanya di pertigaan. Sebenarnya ada rambu-rambu, kalau ke kiri jalan terus. Tapi memang dasarnya tidak tahu, dan konsentrasi harus tepat waktu sampai di daerah tujuan.  Saya tidak tahu nama polisi, karena tertutup rompi.


Akhirnya saya dibawa di pos polisi, tepatnya pertigaan depan SD Al Azhar 22 Salatiga. Polisi mengambil buku tilang di bawah jok sepeda motor. Kamipun dipersilahkan duduk di pos polisi yang hanya dilengkapi kursi. Pertanyaan standar "Tahu tidak kesalahan saudara?". saya pun jawab tidak tahu. Karena memang tidak tahu. Kemudian kami diberitahu kesalahan sambil dia membuka daftar pelanggaran rambu lalu lintas yang sudah lusuh lengkap dengan harga pelanggarannya. Kami didakwa dengan denda maksimal Rp. 250.000 jika masuk ke pengadilan.
Singkat kata, saya pinginnya sidang saja karena saya pengen tahu suasana sidang, sambil sesekali menikmati menjadi terdakwa. Saat itu saya katakan pada polisi, agak cepat sambil menunjukkan surat undangan bahwa kami harus segera ke Semarang. Seperti biasa, nadanya akan digiring untuk perjanjian di atas kursi, karena tidak ada meja. Oleh sebab suaranya sudah mengarah ke fulus, saya siapkan 1 lembar dengan angka kepala 2. Buru-buru pak polisi buka buku tilang lagi, dengan dalih bahwa saya kurang kompromi.
Daripada kami terlambat, dan sidang di pengadilan juga tidak kesampian, kami naikkan seperti kalau mengikuti lelang. Akhirnya lembaran biru kami ambil dari saku. Nah.... sudah melunak. Dngan sedikit menasehati, agar kami hati-hati di jalan. Ternyata warna biru membawa kesejukan. Damai, tenteram mak nyes....
Saya keluar dari pos, untuk mengambil gambar posnya. Bukan pak polisinya. Serta merta polisi tadi memanggil lagi ke dalam dengan wajah muram. Dia menanyakan untuk apa ambil gambar? Saya katakan untuk dokumen pribadi. Toh tidak ada gambar bapak, sambil saya perlihatkan hasil jepretan. Namun tetap tidak terima. Saya pikir, daripada dapat musibah yang ketiga kalinya dalam satu hari, akhirnya gambar tadi saya hapus.


tulisan lain dapat dilihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar