18 Juni 2012

Pujangga Bertutur

dokumen pribadi

Suatu ketika, bertempat di gedung olah raga SMP Negeri 1 Yogyakarta telah berlangsung sebuah acara yang berlabel SBSB (Sastrawan Bicara Siswa Bertanya) tahun 2011. Kegiatan ini telah dimulai sejak tahun 2000. Sebagai penyelenggara, Kementrian Pendidikan Nasional berinisiatif agar sekolah yang tersebar di nusantara ini dapat menjadi tuan rumah. Namun  karena keterbatasan waktu dan dana, sistim bergilir menjadi alternatif yang terbaik.
Tahun 2011 ini bertempat di 8 provinsi, 8 kota, 8 sekolah dan 8 sastrawan, termasuk DI Yogyakarta. Di Yogyakarta yang hadir hanya 4 sastrawan. Prof. DR. Suminta A. Sayuti, Iman Soleh, Cecep Samsul Hari dan Joni Ariadinata yang merangkap sebagai presenter.
Pemerintah berharap agar kegiatan ini menjadi sebuah wacana pembelajaran karya sastra yang selama ini sangat berbeda dengan pembelajaran di sekolah. Melalui sastrawan berbicara hendaknya, siswa akan terbuka wawasan tentang sastra dan menjadi tonggak dalam berimajinasi. Dengan berimajinasi diharapkan akan lahir pemikir-pemikir besar.
Acara yang dikemas cukup menarik, sehingga peserta enggan untuk beranjak dari tempat duduk. Joni yang bertindak sebagai MC berhasil memikat peserta. Sajian seni juga cukup menarik. Grup karawitan SMPN 1 Yogyakarta, tarian dan nyanyi menjadikan ajang ini menyerupai pentas seni.
Iman Soleh mengawali baca puisi dengan gaya teatrikal, karena beliau adalah dosen teater. Dengan kolaborasi gerak tangan, kaki, pinggul bahkan gelengan kepala, membuat siswa cukup terkejut. Karena selama ini pembacaan puisi di sekolah hanya mengandalkan ekspresi tangan dan suara lantang.
Prof. Dr. Suminto berkesempatan tampil berikutnya. Sekalipun tampil monoton dan tidak banyak gerak, beliau lihai mengambil hati pemirsa. Dengan bekal akademik yang tidak diragukan lagi, sebelum membaca puisi, dia bercerita tentang saat masih SMP.
“Syair Gamelan” adalah puisi hasil karyanya, setelah dia mendengarkan karawitan dari anak-anak dalam pembukaan acara itu. Disusul kemudian “Syair Kereta” menceriterakan tentang nasib guru yang mengikuti sertifikasi melalui PLPG.
Penyair ketiga adalah Cecep Syamsul Hadi. Bagi yang sering membaca majalah Horison dan sastradigital dapat dipastikan kenal dengan beliau. Penyajiannya cukup menarik karena peserta diberi peran serta dalam membaca puisi dengan bertepuk tangan yang diiringi dengan musik. Gedung pertemuan yang tadinya hanya berisi suara monoton, menjadi gemuruh.
Giliran terakhir adalah Joni Ariadinata. Tidak membaca puisi tapi cerpen. Peserta cukup terkesima, karena dibawakan dengan nada suara yang berbeda, tergantung peran yang dibawakan. Diiringi gerak tangan dan kaki yang menggelikan, menambah daya tarik pembacaan cerpen.
Sebagai puncak acara adalah giliran peserta/siswa bertanya kepada sastrawan. Saya perkirakan yang Tanya hanya sekitar 5 atau 6 anak. Dugaan saya salah. Ternyata yang menanyakan tentang sastra sampai 30 lebih. Rasa antusias siswa dalam mengapresiasikan sastra patut diacungi jempol. Sekalipun pertanyaannya hampir senada, namun keberanian rasa ingin tahu cukup besar. Sastrawanpun dengan penuh kesabaran mendengarkan pertanyaan dan menjelaskan tentang dunia sastra yang mereka alami. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar