dokumen pribadi |
Disaat menjelang
ujian nasional, siswa disibukkan dengan pelajaran tambahan. Orangtua disibukkan
dengan dana tambahan. Jerih payah yang dikeluarkan menghasilkan kekecewaan.
Siswa digembleng dengan tenaga dan pikiran. Demikian orang tua disibukkan
dengan pencarian dana tambahan.
Sekolah dan
lembaga bimbingan belajar telah merancang sejak dini untuk mempersiapkan ujian
nasional. Aktifitas semacam itu telah berjalan secara rutin di setiap mendekati
akhir tahun pelajaran. Bahkan, orang tua telah mendelegasikan kegiatan belajar
kepada sekolah ataupun lembaga bimbingan belajar, sejak siswa naik kelas tahun
kelulusan. Perhatian yang dicurahkan menjelang ujian cukup menegangkan. Orang
tua dapat dipastikan senam jantung. Pertemuan demi pertemuan digelar, yang
ujung-ujungnya saling menyalahkan. Sekolah menyalahkan orangtua karena tak
lihai membimbing anak. Sebaliknya orangtua menggerutu tentang kondisi sekolah.
Tak ada ujung pangkalnya.
Ada sebuah pertemuan
yang sering dilaksanakan akhir-akhir ini, adalah “Bedah SKL”. Biasanya
disponsori oleh penerbit buku mata pelajaran. Pertemuan ini kurang diendus oleh
public, namun cukup penting bagi guru dan sekolah. Materinya adalah membedah
prediksi soal-soal ujian nasional. Nara sumber didatangkan dari tim pembuat
soal.
Tim Pembuat Soal
Sampai saat ini,
sepengetahuan penulis, pembentukan tim pembuat soal masih belum transparan.
Kriteria apakah yang digunakan sehingga seseorang dapat masuk dalam tim. Dahulu
memang ada guru inti yang dibentuk karena orang tersebut memiliki kualifikasi
keilmuan sesuai dengan bidangnya. Acuan untuk menjadi guru inti apakah masih
tetap berpatokan pada pola lama, ataukah sudah mengalami perubahan. Hemat
penulis, masyarakat punya hak untuk mengetahui sorang guru inti. Sekalipun pada
saat menjadi tim pembuat soal adalah merupakan rahasia negara.
Beberapa waktu
yang lalu, penulis pernah mengalami yaitu mengundang guru inti untuk kami ajak
diskusi tentang prediksi soal ujian nasional. Harapannya agar supaya siswa kami
bisa memperoleh gambaran yang jelas tentang soal-soal ujian nasional. Ibaratnya
apabila kita akan menuju ke sebuah tempat, sudah memiliki gambaran jalan yang
akan ditempuh. Bila perjalanan melewati daerah hutan, perlu membawa perlengapan
yang cukup. Namun setelah mendapat jawaban, saat itu kami mundur selangkah,
karena mereka memasang tarif.
Bila demikian
semakin jelaslah bahwa pemerataan pendidikan memang belum sepenuhnya didapatkan
oleh warga negara. Hanya sekolah-sekolah tertentu saja, atau sekelompok
masyarakat tertentu saja yang bisa mendapatkan pendidikan, karena fasilitas
yang memadai. Bagi teman-teman yang hidup di desa atau bahkan pelosok ujung
negeri, semakin samar-samar dalam menuai pendidikan. Mereka tidak sepenuhnya
mendapatkan aura persaingan secara sportif.
tulisan lain dapat dilihat disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar