18 April 2012

Menjual Budaya India


sumber gambar : weinterrupt.com



Setelah Briptu Noorman Kamaru tenar dengan goyangan chaiyya chaiyya, membuktikan bahwa budaya India dapat diterima bangsa ini. Masih belum lupa dari ingatan, beberapa tahun silam lagu India juga sempat menjadi buah bibir dan sempat pula menjadi nyanyian wajib  dari anak kecil dewasa, kuch kuch huta hae. Bahkan lagu itu diaransemen ulang versi campur sari dengan terjemah bebas.
Perkawinan budaya antara India dan Indonesia, belum ada angka yang pasti, tahun berapa itu terjadi. Bisa jadi dimulai pedagang dari Gujarat yang berlabuh di pulau jawa. Namun, hingga saat ini kebudayaan India telah meresap bahkan mungkin asal-usul lagu dangdut muncul dari kebudayaan India.


Bila kita menoleh lebih jauh lagi dalam dasa darsa warsa silam, budaya India seakan menjadi milik kita. Berikut peristiwa budaya yang saya ketahui. 
1. Lagu 
Bagi yang sudah menikmati hidup di era tahun 60-an, tentu kenal dengan lagu “boneka dari india” yang dipopulerkan oleh Ellya Kadam (alm.). Saat itu lagu ini menjadi hits. Ellya Kadam juga menjadi idola. Lagu ini juga dirilis oleh Favourite Group versi dangdut dan sedikit kocak. Tak ketinggalan versi anak-anak juga sering diputar untuk mengiringi goyangan holahop.  
India juga menjadi inspirasi untuk menciptakan lagu. “Khana” demikian judul lagu yang diciptakan oleh Masyur S. sekaligus mempopulerkan. Masih banyak hasil karya seni yang nerujuk pada budaya India. 
2. Film 
Pecinta film india pasti ingat bintang tenar Hema Malini. Kemampuan acting yang prima dan pastinya cantik, membuat penonton dibuat penasaran. Sehingga bila muncul dengan film yang dibintanginya, dapat dipastikan bioskop kursinya terisi penuh. Istri dari Dharmendra ini seangkatan dengan Kapoor. Nama yang terakhir bahkan mampu membuat dinasti film, mulai dari pemain, sutradara bahkan produser.
Amitabh Bachchan adalah generasi berikutnya. Generasi 80-90 an pasti masih ingat film “Don”? Saya teringat betul saat film ini di putar. Kebetulan di kota saya ada 2 buah bioskop. Kebetulan saat itu memutar film yang sama yaitu “Don”. Dua-duanya penuh penonton.
Tahun 2000 ini Sahrukhan. Saat ini menjadi idola lewat film kuch kuch hota hae. Gerakan mengiringi lagi mudah untuk ditiru. 
3. Martabak. Berbicara India belum sah bila tidak menyertakan martabak India. Jenis makanan yang banyak disuka, dan mudah untuk mendapatkannya. Tapi untuk urusan rasa hanya sedikit yang mampu memanjakan lidah. Semua bahan masakan mudah didapatkan. Namun ada satu yang khas yaitu “bawang bombay”. Tepung, telur, garam, dan bumbu penyedap boleh sama bumbu tanah air. Namun bawang Bombay lain.
Disamping wajan untuk menggoreng yang lebar seperti lapangan, yang lebih menarik adalah saat koki membuat kulit martabak terbuat dari tepung yang bisa dilebarkan seperti taplak. Anehnya tidak berlobang, walaupun bisa terlihat setipis kulit ari. 
4. Pejinak Ular. Mungkin, Kuntowijoyo tidak akan menulis buku “Mantra Pejinak Ular”, bila tidak melihat orang india yang meniupkan seruling, lalu muncullah ular kobra menari-nari dalam sebuah kendi. Ada hubungan atau tidak, yang jelas orang India ahli berdialog dengan ular lewat media seruling.
Bukan sembarang seruling untuk dapat menggoyangkan ular menari-nari. Juga bukan sembarang nada untuk menghibur ular. Bukunya Kuntowijoyo, mengajak pembaca agar jangan memusuhi binatang (ular), tetapi orang India sudah sejak dulu untuk tidak memusuhi ular. Ular adalah sahabat. Bahkan bisa diajak kerjasama untuk memperoleh uang.

tulisan lain dapat dilihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar