Kebudayaan
dibentuk dikarenakan ada komunikasi, ada dialog antar person dalam koloni.
Hubungan antar manusia bisa berjalan disebabkan karena ada saling pengertian.
Tidak mungkin manusia membentuk masyarakat tanpa ada saling tegur sapa yang
efektif. Dalam pengertian lebih luas lagi, pergaulan antar sesama bisa berjalan
dengan lancar, karena satu dengan lainnya sudah saling mengetahui maksud dan
tujuan, apa yang menjadi keinginan masing-masing orang. Misalnya, bila saya
berpapasan dengan sesorang, maka saya akan mengatakan “hai”, “met pagi”, “mo
kemana? “udah makan lom?’ Dst. Orang yang saya ajak berbicarapun akan menjawab
sesuai dengan maksud dan tujuan saya. Dialog yang terjadi antara dua orang atau
lebih, akan nyambung bila masing-masing telah mengetahui inti dari bahan
obrolannya. Dengan demikian maka komunikasi dalam lingkungan yang setara akan
berjalan efektif.
Ronald
Levy, yang menulis buku Self Revelation Through Relationship berujar bahwa,
hubungan antar manusia, yang tidak boleh dilupakan adalah memahami diri dari
manusia itu sendiri. Setiap orang kan
punya keunikan, ke-khas-an, yang satu dengan lainnya berbeda. Dalam bahasa yang
lebih sederhana manusia memiliki kepribadian. Karena antar manusia berlainan,
maka ada keinginan untuk share, atau berbagi kenyataan. Dari perbedaan itulah,
ada keinginan untuk mengetahui kepribadian antar manusia. Salah satu cara yang ditempuh dengan jalan berkominikasi.
Pertama : tahu diri sendiri dan orang lain
Gambarannya
yakni, ada orang yang mengetahui tentang dirinya sendiri dan orang lain.
Golongan pertama ini memberikan kesempatan orang membagi tahu dengan orang
lain. Contohnya : nama, alamat, latar belakang pendidikan, hobby dan lain-lain.
Hal-hal yang sifatnya mendasar dan identitas orang lain mudah diketahui.
Kedua : tahu diri sendiri
Maksudnya
adalah, hanya tahu dan boleh diketahui oleh dirinya sendiri. Manusia jenis ini
tidak berkeinginan untuk mengetahui diri orang lain, dan apa pun yang ada dalam
diri pribadi tidak akan dimengerti oleh orang lain. Sifatnya pribadi dan
rahasia, banyak yang sembunyikan dan sedikit yang bisa dibagi bersama. Sebagai
contoh : pengalaman seksual, kesan negatif terhadap orang lain, jumlah
penghasilan, dan umur (orang berusaha menutupi ketuaannya).
Ketiga : tahu orang lain
Pada
macam yang ketiga ini, dipakai oleh orang-orang yang mau mengetahui orang lain,
tetapi tidak berniat untuk membagi tahu. Orang jenis ini barangkali disebabkan
karena ingin menutupi dirinya sendiri dari rasa malu, sakit dan kecewa.
Misalnya karena ada hambatan fisik, bila berbicara gemetar, tidak sempurna
mengucapkan “r” dan lain sebagainya.
Empat : tidak tahu diri sendiri dan orang lain
Kelompok
yang keempat ini, yaitu orang orang yang tidak mau tahu akan dirinya dan
sesuatu yang berasal dari orang lain. Katagori orang ini biasanya mencoba
melupakan segala pengalaman masa lampau yang tidak sedap, penuh dosa, dan ingin
tidak mengulang lagi. Jangankan orang lain mengetahui, diri sendiri aja tidak
mau mengingat lagi.
Komunikasi
bisa berjalan dengan baik, responsif,
bila ada sesuatu yang termasuk rahasia orang lain tidak patut
dibicarakan. Jangan terlalu mengorek pribadi seseorang, manakala orang tersebut
tidak ingin menyampaikan kepada kamu. Kita seringkali kasak-kusuk, berharap pengen tahu hubungan
orang lain dalam berpacaran, pengen mengatahui kedudukan siapa yang duduk
disini, siapa yang menjabat disana. Demikian pula kita tanpa sadar membeberkan
masalah yang sangat pribadi, diungkap dengan orang lain yang belum tahu
karakternya.
Sumber
utama tulisan ini dari buku perspektif perilaku birokrasi karya Drs.
Miftah Thoha, MPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar